Sejarah Kebudayaan Suku Makian di Maluku
peta geografis pulau makian |
Jejak Nusantara - Suku bangsa ini mendiami pulau Makian dan sebagian daratan pulau kayoa yang terletak di sebelah selatan pulau Halmahera. Daerah ini berada dalam wilayah kabupaten Maluku utara. Jumlah populasinya sekitar 20.000 jiwa. Mereka nampaknya terbagi kedalam 2 subsuku Bangsa, yaitu orang Makian barat yang memakai dialek jitine atau desite; dan orang makian timur yang menggunakan dialek tabayama. Kelompok jitine menyebut pulau makian dengan nama pulau moi. Sedangkan kelompo tabayama ini menyebut pulau makian dengan nama Taba.
Suku bangsa makian banyak pula yang merantau ke daerah-daerah lain. Bahkan ada pula yang pindah ke pulau Halmahera Karena ancaman letusan gunung kie besi yang diramalkan akan meletus antara tahun 1975-1983. Walaupun gunung itu tidak jadi meletus, sebagian penduduk bersedia pindah ke malifut, di kecamatan kao, pulau Halmahera, dan umumnya dihuni oleh transmigran dari makian timur.
potret kehidupan masyarakat suku makian (foto lama) |
Orang Makian umumnya hidup dari pertanian; ada yang bercocok tanam diladang secara menetap dengan tanaman pisang, jagung, ubi jalar dan ubi kayu, ada pula yang bercocok tanam di ladang berpindah dengan tanaman pokoknya padi. Sebagian yang lain menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya. Sejak zaman dulu pulau Makian sudah terkenal sebagai salah satu pulau penghasil cengkeh dan pala, selain tembakau yang laku di pasar tradisional maluku utara.
Keluarga orang inti makian jarang ditemukan berdiri sendiri, tapi selalu menggabungkan diri kedalam keluarga inti senior dari garis kekerabatan patrilokal. Keluarga-keluarga yang berasal dari keturunan dari kakek moyang yang sama membentuk klen patrilineal yang mereka sebut soa. Umumnya anggota-anggota suatu soa berdiam bersama-sama dalam sebuah kampong (Kampung), sehingga kampung itu sering pula disebut dengan nama soanya. Kampung -kampung itu sekarang ada yang sudah setingkat dengan desa. Kepala desanya disebut kepala kampong atau lailoyo. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tenaga massal digerakkan dengan sistem gotong royong yang disebut makayaklo.
rumah adat suku makian (foto lama) |
Dulu pulau Makian berada dibawah kekuasaan kesultanan ternate, dan terbagi kedalam empat negeri semacam bentuk kekuasaan atas suatu wilayah masing-masing dipimpin oleh seorang sangaji. Pada zaman kesultanan ternate masyarakat Makian dipimpin oleh seorang sangaji mayor. Dibawah sangaji terdapat beberapa lembaga kemasyarakatan, seperti bobatu ukhrani (lembaga urusan agama) dan bobatu dunya (lembaga urusan hukum dunia). Lalu, ada lagi sebuah dewan rakyat yang disebut gamraha, yang anggota-anggotanya adalah kepala-kepala soa dan wakil-wakil kepala soa dari setiap kampong.
potret gunung kie besi (foto lama) |
Pada akhir abad yang lalu masyarakat Makian masih mengenal pelapisan social. Lapisan pertama adalah golongan ningrat yang disebut joudano. Lapisan kedua adalah golongan rakyat biasa yang disebut kaum bala. Di zaman yang lebih lama lagi dikenal juga golongan budak. Karena pelapisan sosial seperti itu maka soa-soanya ada juga yang tergolong juga ada yang tergolong ningrat dan tergolong biasa. Pada masa sekarang orang makian umumnya memeluk agama islam.
Sumber. Depdikbud 1990/1991; Mateosz 1989; Lucardi 1980.
Suku Makian Maluku
4/
5
Oleh
Unknown