Sejarah kebudayaan suku Iban (Neban, Hivan, Dayak laut)
penampilan tarian dari pemuda suku iban atau dayak laut |
Sebenarnya masyarakat ini terbagi lagi menjadi sejumlah subsuku bangsa yang masing-masing mempunyai nama dan dialek sendiri. Sebagian diantara mereka berdiam serawak, bagian wilayah negara Malaysia. Orang iban termasuk orang besar suku Dayak yang mendiami sebagian besar hulu sungai Kapuas dengan anak-anaknya sungai embaloh dan sungai lauh, di sekitar danau Kapuas, daerah nanga badau, selimbau, bunut, putusibau, hingga ke perbatasan dan masuk ke wilayah serawak, Malaysia.
Menurut sebagian ahli daerah utama pemukiman orang Iban adalah disekitar sungai batang Lupar yang berada di wilayah serawak dan di sekitar hulu sungai Kapuas bagian utara, pemukiman mereka di wilayah Indonesia termasuk kedalam kecamatan Embaloh hulu, Embaloh hilir dan Lanjak di kabupaten Kapuas hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Sebagian lagi berdiam di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
Mata pencarian pokok masyarakat ini adalah bercocok tanam di ladang. Tanaman mereka adalah padi, ubi-ubian, sayur, dan buah-buahan. Sebagian mereka bekerja meramu hasil hutan, seperti rotan dan damar, atau menebang kayu gelondong untuk dijual. Diantara mereka sekarang banyak pula yang memperoleh pendidikan tinggi, sehingga bisa bekerja di kantor-kantor pemerintah dan swasta di kota-kota.
Pemukiman tradisional masyarakat Iban didirikan sepanjang sungai besar. Rumah-rumah mereka yang berukuran besar dan panjang, ditopang oleh tiang-tiang kayu tinggi untuk menghindari banjir dan air pasang. Terbentuk dari deretan ruang-ruang keluarga batih. Ruang yang disebut bilek ini jumlahnya kadangkala lebih dari 50 buah, sehungga panjang rumah bisa sampai 150 meter.rumah panjang semacam itu bisa dianggap sebagai sebuah kampung. Rumah panjang itu di huni oleh sejumlah keluarga sehingga membentuk komuniti rumah tradisional yang khas. Prinsip kekerabatan mereka ambilineal, akan tetapi suami biasanya tinggal dalam kelompok keluarga istrinya.
penampilan pria suku iban kalimantan |
Prinsip hubungan kekerabatan orang Iban bersifat ambilineal, di mana sebagian orang menarik garis keturunan dari pihak ayah dan sebagian yang lainnya dari ibu. Adat menetap sesudah nikahnya adalah utrolokal, damana ada yang memilih tinggal di bilek suaminya dan ada yang menetap di bilek istrinya. Pilihan tempat tinggal semacam itu berarti juga menjadi anggota bilek tersebut dengan segala hak dan kewajibannya. Seseorang tidak pernah menjadi anggota dari dua bilek. Anak-anak menjadi anggota bilek dimana dia dilahirkan.
Orang Iban mengembangkan berbagai bentuk macam seni tradisi lisan. Misalnya, pantun sindiran yang diungkapkan ketika sedang meminang. Nyanyian pujian kepada dewa atau permohonan berkat (ensemak) ketika membuka ladang atau pada waktu menanam. Mantra yang diungkapkan dengan lagu oleh dukun untuk mengobati orang yang sedang sakit (mantra balian). Seni berpantun untuk bersenang-senang (didi) dalam pergaulan muda mudi. Selain itu mereka masih mewariskan tradisi lisan yang berbentuk cerita-cerita ralyat. Cerita-cerita disampaikan pada waktu upacara kelahiran, perkawinan, atau kematian. Pakaian dan seni hias tradisional orang Iban juga terkenal indah-indah, seperti ikat atau tutup kepala, kalung, gelang, ikat pinggang, baju, kain, yang tersulam dengan manik-manik dan motif-motif penuh tata warna.
Pada masa sekarang orang Iban sudah banyak yang memeluk agama Kristen. Kepercayaan aslinya adalah meyakini adanya roh-roh dan makhluk gaib penghuni alam semesta yang dapat memengaruhi kehidupan manusia. Upacara-upacara yang mereka lakukan berdasarkan kepada kepercayaan tersebut. Perwujudan kepercayaan asli juga terlihat pada penyerahan saji-sajian pada tempat-tempat keramat dan benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan sakti, misalnya kayu besar, batu besar, hutan lebat.
Sumber .Uchibori 1978; King 1985; Riwut 1956,1962; Rousseau 1990; kamal 1982; Lontaan 1975; Freeman 1958.
Suku Iban (Neban, Havan, Dayak Laut) di pesisir kalimantan
4/
5
Oleh
Unknown